...

Photobucket

Jumat, 27 Mei 2011

Aku adalah apa yang aku baca

Aku adalah apa yang kubaca

Apalah pentingnya “Lintang” dalam “Laskar Pelangi” itu benar-benar exist atau tidak. Banyak orang bilang itu penipuan karna tokohnya fiktif. Hampir menangis saya dengar statement2 sampah itu. Apa tujuanmu membaca, Kawan? Untuk menghujat kah? Untuk menjatuhkan orang kah? Tujuan membaca adalah mengambil nilai-nilai hidup yang suatu saat pasti akan kita gunakan untuk hidup kita, hidup anak2 kita dan untuk mati kita. Apakah pentingnya “Aisyah” dalam AAC jadi dipoligami atau tidak. Tak penting karna itu karya orang. Suka pakai, tak suka jangan dimaki. Ambil nilai-nilai hidupnya. Itu yang penting. Apalagi kitab suci. Apa gunanya baca kitab jika satu ayatpun tak ku pahami, tak ku ambil nilainya, tak ku renungkan dalam-dalam, tak kuterapkan.

Aku adalah apa yang kubaca

Kalimat ini pernah saya baca dari sebuah buku yang entah apa judulnya bahkan saya lupa kapan saya pernah membaca buku ini. Sekilas saat itu, saya tak acuh. Saya hanya berpikir bahwa kalimat itu hanyalah kalimat tanpa makna atau paling tidak mempunyai makna konotasi. Semakin lama, saya semakin masuk ke dalam kalimat itu tanpa saya sadari. Banyak kejadian dalam hidup saya yang membuat saya ahirnya terpaksa mengingat kalimat ini. Semakin saya beranjak dewasa, semakin saya mengenal dunia, semakin saya banyak bertemu dengan orang baru, semakin dalam pula saya mengerti kalimat ini. Seandainya saja saya malas membaca, maka saya tak akan jadi saya sekarang ini. Seandainya saya hanya pura-pura membaca karna takut dimarahi mama atau bapak, saya tidak akan punya prinsip yang sekarang saya pegang. Saya aka mudah bimbang, plin plan tak tentu arah.

Saya bukan orang yang pandai agama, saya juga bukan seorang penulis, politisi apalagi koruptor. Saya hanya seorang anak dari orang tua yang luarrr biasa. Orang tua yang selalu menyuruh saya membaca. Bukan hanya membaca, tapi juga membaca dengan hati. Banyak orang membaca dengan sangat ciamik. Intonasi pas dan suara merdu. Tapi membaca yang diajarkan orang tua saya adalah membaca dengan hati, logjka, nalar dan iman. Inilah yang saya maksud dengan judul di atas. Aku adalah apa yang aku baca.
Betapa besarnya pengaruh bacaan jika kita mau benar benar membaca, tidak hanya diucap tanpa makna. Namun membaca dengan hati. Setiap kalimat yang lolos sensor retina harusnya bisa dipahami dengan nalar. Nalar akan mencerna setiap makna kalimat dengan cerdas. Jika kalimat itu tak bermakna maka kalimat itu hanya akan jadi angin. Baca dengan hati, jikan iman dalam ambang batas normal atau bagus, maka dia minta hati menimbang apakah kalimat yang dibaca mata dan dinalar logika itu patut disave dalam otak atau harus ti buang ke recycle bin. Dan hati akan memakaikalimat itu suatu saat nanti. Setiap kalimat yang telah merasuk ke hati akan terpakai merefleksi dalam tingkah laku dan ucapan kita. Memantul dari rongga2 otak dan membulat pada pikiran. Menguatkan prinsip bahkan menciptakan prinsip2 mutahir yang mendikte si manusia tersebut melangkah.

Hati-hatilah dalam membaca, apa yang kau baca hari ini akan menjadikan dirimu dimasa depan. Dan jangan berhenti membaca dengan hati. Karena jika berhenti membaca, maka kau bukan siapa-siapa di masa depan. Ajarkan anak-anak kita cara membaca dengan sungguh-sungguh, memahami dalam-dalam setiap kalimat yang kit abaca.

Tidak ada komentar: