...

Photobucket

Minggu, 12 Juni 2011

Tidak ada perjalanan yang sia sia


Selalu ada yang bisa dipetik dari sebuah perjalanan

Those wise words reminds me to someone who ever filled my days with many wise things. But because of my bad I will never and never be able to contact him anymore. Okay! Enough for the drama 

Kalimat ini selalu terngiang saat saya sedang bepergian. Terahir saya ingat ini kalimat saat sedang menunggang mio yang Alhamdulillah sudah tinggal 6 kali cicilan lagi :D. Saat itu saya sedang wanti2 menjaga calon janin yang belum saya tau udah jadi apa belom karena baru telat 2 hari. So saya melaju kencang sekali (kalo lawan bekicot) di sebuah jalan langganan saya. Jalan yang menjadi saksi bisu betapa saya ingin sekali melunasi mio saya itu. Jalan yang hampir setiap hari saya giles-giles pake ban demi mengisi kantong kempes saya. Jalan yang kadang2 kegelian saat saya jalan 30 km/hour dan ngomel teriak2 saat saya berapi api ingin naik podium bersama Stoner. Jalan yang sangat saya cintai karena gak ada gundukan iseng bernama polisi tidur. Jalan yang mampu membuat bengek saya berkurang karena hutan di kanan kirinya yang Subhanallah masih gagah nyemburin Oxygen ke paru2 saya. Wait wait wait…kalo saya lanjutin mujinya bisa gede kepala tuh jalanan ***bletak!! Jalanan kaga punya pala:-t***

Saya suka jalan sepi karena memberikan ruang buat saya mengemudi sambil berpikir, merenung, mengenang, merencanakan sesuatu ato hanya tengak tengok menyimak deretan tiang listrik dan pohon yang sudah banyak yang uzur. Dalam perjalan saya mencoba mengingat apa2 saja yang telah saya lewati hari itu, sedih, lelah, senang, kesal, lucu dan sebagainya. Saya bagi kepada setiap angin yang saya terobos hingga saya sampai di rumah lagi. Hal hal kecil yang saya lihat selama di perjalanan saya simpan dalam2 untuk saya pergunakan lagi nanti jika diperlukan. Seperti hal hal menjengkelkan yang beberapa kali saya alami dan jangan sampai saya melakukan hal yang sama, mungkin karena angkot minggir mendadak, atau mungkin tentang remaja2 yang sedang mencari jati diri gak jelas yang berdiri di badan jalan dan jika keserempet maka bukannya minta maaf malah memaki. Ato jika matahari sedang semangat kampanye dan berhasil menegur saya agar selalu memakai sarung tangan saat bermotor. Hingga pelajaran fisika kelas VIII yang baru saya pahami setelah saya merasakan hujan yang terasa tajam tajam saat mendarat di tangan saya akibat jarak dia jatuh dan tekanan udara yang tinggi serta kecilnya gaya gesek pertikel hujan dengan kulit saya. Hingga saya ingin sekali mencium orang yang membuat helm standart yang melindungi wajah saya dari cucukan hujan tajem2 itu. Hal lain juga seperti hedonism yang dianut oleh remaja2 masa kini yang bikin ngelus dada. Yang membuat saya bertekad untuk mendidik anak2 saya kelak agar tidak menjadi bagian dari anak2 yang bebas lengeket2an di depan umum, anak2 yang dengan bangganya bertelanjang di depan umum, amit-amit jabang bayi. Dan masih banyak lagi kejadian2 sepanjang perjalan yang bisa kita ambil hikmahnya.

Saya salut pada orang2 yang berani dan mampu melakukan perjalan2 jauh. Mereka pasti memetik lebih banyak hal daripada saya yang rutenya itu2 saja. Banyak hal2 diluar sana yang bisa membuat mereka kaya hati dan kaya ilmu, jika memang mereka melakukan perjalanan itu dengan hati. Tafakur, merenungi setiap sisi dunia ciptaan Sang Maha Pencipta, mencerna setiap perilaku mahluk Tuhan yang ditemui dan menyerap ilmunya, dan tentu saja menikmati betapa beruntung mereka bisa bepergian lebih jauh. Perjalanan yang mengantar mereka menjadi “Seseorang”, penulis, aktivis, pemikir, ilmuan dan orang2 berjiwa seluas samudera yang telah menularkan ilmu mereka pada orang lain. Perjalanan yang bukan hanya untuk kepentingan2 individu atau kelompok semata. Seperti anggota2 DPR yang sering melakukan perjalanan lintas Negara, namun pulang dengan kantong belanjaan mewah buat sanak sodara mereka. Naudzubillah, Semoga saya, anda, kita bukan termasuk dalam golongan orang-orang munafik. Orang2 yang telah dipercaya mengemban amanat rakyat namun ingkar. Perjalanan yang bermil mil jauhnya tak berarti sedikitpun untuk orang2 yang mereka pimpin. “Mubazir” tak ada yang dipetik dari perjalan yang sia2 melainkan kesenangan dunia yang pastinya ditunggangi setan.

Kesimpulan: “Jauh atau dekat sebuah perjalanan hanya akan memberikan efek lelah kecuali jika kita mau menikmatinya dengan hati dan rasa syukur kepada Zat yang telah menciptakan perjalan ini. Simak setiap apa yang kita lewati, renungkan dan ambil pelajaran yang suatu saat nanti pasti akan kita gunakan. Ingatlah tidak ada yang sia-sia dari apa yang telah diciptaan Allah SWT.”
Have a nice reading 

Jumat, 10 Juni 2011

This is my way

Ketika kita datang dan masuk ke lingkungan baru yang kita tak tau harus berbuat apa? bertanyalah. misal saja kamu bebek dan kamu diadopsi olah keluarga kambing, maka bertanyalah dengan sangat hati-hati karena bahsa bebek dan bahasa kambing itu berbeda jauh satu wek wek satu mbek mbek. dan jangan terlalu banyak bertanya jika kamu tidak mau dianggap rumput yang enak dikunyah sama si kambing. jadi sebenernya kamu bebek ato kambing? **Bletak~mulai ngelantur**

Oke kita kembali ke masalah kambing eh maksud saya ke masalah tempat baru. Jujur yah saya kadang iri dengan rekan2 saya yang dengan sangat mudahnya berbaur dengan lingkungan baru. Karena saya bukan orang yang bisa bergaul dengan cepat. Mungkin buat temen2 yang jiwanya sumpel eh supel maksud saya, they have no problem to adapt. But for me? harus ngejen dulu baru bisa ngomong ma temen2 baru apalagi rekan baru kita tuh udah keluaran tahun sekian sekian dimana pada tahun segitu, saya masuk ingusan ups saya ralat dulu saya jarang ingusan kok cuman dikit ajah.

Alasan kenapa saya susah sekali dekat dengan mereka mereka adalah besarnya rasa sungkan saya terhadap mereka. walaupun mereka sakarang teman kerja saya, tetapi mereka tetap guru saya yang patut saya hormati sebagaimana dulu saya waktu masih jadi murid mereka. ditambah lagi pribadi saya yang memang introvert. Apalagi saya banyak mendengar banyaknya muncul masalah hanya karena nih ciptaan Tuhan yang maha sempurna namun telah banyak disalahgunakan yang sering kita sebut MULUT, alias muntung, aliat cangkem, alias mouth alias cingur.

Karena Mulut Badan Celaka. Betul itu, makanya saya jaga betul betul mulut saya, jangan sampai salah ucap apalagi dihadapan orang2 yang mungkin "maaf" biang gosip. Toh kalopun terjadi masalah saya gak ikut2 gitu lah enaknya. Saya tidak akan ikut campur masalah ataupun diskusi orang jika tidak berkenaan dengan saya. Tapi dengan begitu saya jadi kelihatan sombong, atau cenderung menghindari orang, penyendiri, ndak bisa bergaul atau sebutan sebutan lain. Saya terima dengan lapang dada, karena memang benar terlihat seperti itu. Tidak perlu saya klarifikasi, tidak perlu saya luruskan karena saya gak bengkok. Saya hanya ingin terus menjaga apa yang akan saya pertanggung jawabkan nanti di Ahirat yah salah satunya mulut, telinga dan mata saya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui dan Maha Perdengar. Biarlah dunia di mana saya tempati ini mau jungkir balik atau mau terbakar sekalipun, saya tidak ambil pusing dan tidak akan ambil bagian di dalamnya. yang penting saya melaksanakan apa yang sudah menjadi tugas saya. Birokrasi? Uang? jabatan? Otoritas? komunitas? Senioritas? Makanan? buat saya hanya deretan kata sampah yang hanya akan menghancurkan dedikasi saya buat Negara. Dan saya rasa semua deretan sampah itu bermula dari mata, telinga, mulut lalu mendarah daging hingga ke hati. Naudzubillah.

Kesimpulan:
Dalam lingkungan mana pun, tak akan ada masalah jika kita tidak memulainya. dan masalah bermula dari ego yang tersampaikan lewat ucapan dan tindakan kita. Jangan campuri urusan orang lain dan kerjakan saja apa yang menjadi tugas kita. Bergaul? seperlunya saja. tak usah berlebih2an atau tidak sama sekali. Be an observer not a speaker. It will make you wiser...